Info
|
Profil G+ Profil Facebook Profil twitter profil Youtube rss feed

Galeri Foto

Video

Rekomendasi Berita Lainnya close button
Home » » Ingin Perbesar Penis Secara Medis? Pahami Dulu Cara dan Risikonya

Ingin Perbesar Penis Secara Medis? Pahami Dulu Cara dan Risikonya

Written By SangDesains on Minggu, 23 Juni 2013 | Minggu, Juni 23, 2013

Editing Post Oleh:
Jakarta, Masalah kejantanan bagi pria adalah persoalan serius yang menyangkut harga diri. Walau tak mengganggu hubungan ranjang, prosedur pembesaran penis masih saja diminati. Tak hanya di Indonesia saja, kecenderungan ini juga ditemui di negara-negara barat.

Setelah iklan yang dibintangi David Beckham memakai celana dalam tersebar, ternyata di AS terjadi peningkatan jumlah pria yang mengunjungi dokter untuk meningkatkan ukuran kejantanan. Mereka ingin mencoba implan penis. Prosedurnya mirip dengan operasi pembesaran payudara.

Sayangnya, rasa malu dan kurangnya informasi membuat para pria sulit memahami risiko dan manfaat terkait pembesaran penis. Sebaliknya, wanita malah mendapat banyak informasi terkait operasi pembesaran payudaranya dari surat kabar, majalah dan internet.

"Banyak pria tidak menyadari bahwa layanan ini ada. Ini pada dasarnya setara dengan menjalani operasi payudara bagi perempuan," kata Dr Elliot Heller, pemilik Pusat Bedah Plastik 'Allure' di New York City seperti dilansir Medical Daily, Minggu (23/6/2013).

Dr Heller yang telah berpraktik selama 18 tahun ini sudah melakukan semua jenis operasi plastik, mulai dari pengecilan payudara hingga pembesaran penis. Pasiennya juga beraneka ragam, mulai dari pengacara hingga dokter lain dengan usia mulai dari 30 tahun sampai 70 tahun.

Banyak pria yang memilih menjalani operasi dengan tujuan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri. Alasannya, minder terhadap ukuran kelamin dapat mempengaruhi hubungan dengan pasangan, serta membuat pria merasa malu saat berganti pakaian di depan pria lain.

Pada operasi pembesaran, Dr Heller bisa memberikan 2 metode berbeda, yaitu transfer lemak, di mana lemak diambil dari bagian tubuh lain lalu dipindahkan ke penis. Waktu penyembuhannya sekitar 1 hari. Yang kedua adalah pelepasan ligamen, di mana ligamen suspensorium di penis terlepas dari landasan pada tulang kemaluan. Akibatnya posisinya jadi semakin turun dan memanjang.

Rata-rata, biaya operasi ini dihargai berkisar dari US$ 3.500 atau sekitar Rp 34,7 juta hingga US$ 9.500 atau sekitar Rp 94,3 juta. Dr Heller mengatakan bahwa setelah operasi, pasien mampu berhubungan seks secara teratur dan tidak mempengaruhi hormonnya. Risiko terjadinya infeksi juga minim.

Namun beberapa ahli bedah lain hanya mau melakukan operasi plastik jika hal itu mempengaruhi kualitas hidup pasien. Misalnya dr Larry Lipshultz I., MD, profesor dan kepala Divisi Kedokteran Reproduksi Pria dan Bedah Medis yang mengaku hanya melakukan operasi pada pasien impotensi.

"Saya percaya bahwa pasien hanya perlu menjalani operasi ketika benar-benar diperlukan secara medis. Meningkatkan ukuran penis bukanlah perawatan yang disarankan oleh asosiasi urologi Amerika," kata Dr Lipschultz.

Menurutnya, ada banyak efek samping merugikan saat melakukan operasi ini untuk memperbesar kejantanan. Tapi bagi pasien impotensi, cara ini terhitung aman dan efektif untuk mempertahankan kehidupan seks yang sehat dan memuaskan. Bahkan cara ini merupakan pengobatan yang sangat tua untuk mengatasi impotensi.

"Saya mendidik pasien, tapi saya tidak akan melakukan pembesaran penis untuk pria yang berpikir bahwa penis mereka terlalu kecil," kata Dr Lipshultz. (detikhealth)
Share this post :

Posting Komentar