Jakarta – Di tengah suramnya perekonomian dunia pasar properti Indonesia menunjukkan pertumbuhan pesat. Lima belas tahun setelah krisis moneter, Jakarta saat ini dianggap sebagai salah satu pasar properti terpanas di Asia.
Berdasarkan konsultan properti Knight Frank, harga kondominium di pusat kota Jakarta naik sekitar 12% sejak paruh kedua 2011, dan lebih dari 50% sejak akhir 2008. Pasar perkantoran di ibukota juga menunjukkan tingkat okupansi yang tinggi dengan 98,1%, dibanding 92% di Singapura dan 85% di Malaysia, berdasarkan laporan firma properti Jones Lang Lasalle.
Sejumlah developer sedang mengerjakan projek-projek baru, yang dinilai terbesar yang pernah ada di Jakarta. Salah satunya termasuk Signature Tower, gedung bertingkat 111 yang dikembangkan oleh PT Grahamas Adisentosa, anak usaha grup Artha Graha, milik Tomy Winata. Gedung tersebut diestimasikan memakan biaya $2 milyar, dan akan menjadi gedung tertinggi kelima di dunia.
Tren positif properti ini juga meluas ke pasar Indonesia lainnya, termasuk di pulau Bali, yang identik sebagai tempat wisata. Pakar properti mengatakan adanya kenaikan sebesar 50% di Seminyak, daerah turis yang dipenuhi bar, hotel dan mal baru.
Developer juga mulai melihat kota-kota lapis kedua, dimana naiknya harga komoditas mendorong meningkatnya pemasukan. PT Lippo Karawaci, dibawah pimpinan Michael Riady, September lalu mengumumkan rencananya membangun 13 mal baru termasuk di Bali, Medan dan Surabaya.
Tingginya antusiasme ini sangat bertolakbelakang jika dibandingkan dengan 10 tahun lalu. Saat itu, banyak orang pindah dari Jakarta, pembangunan gedung-gedung sempat terhambat dan okupansi perkantoran hanya 70%. Hal-hal ini sebagai dampak dari sulitnya negara-negara Asia Tenggara untuk pulih dari krisis ekonomi.
Positifnya dunia properti ini juga menunjukkan kebangkitan dari derita yang diakibatkan oleh krisis keuangan global pada tahun 2008-2009, waktu dimana laju pasar properti sempat melambat drastis, sebelum menunjukkan rebound tahun 2010 dan seterusnya.
Beberapa analis memperkirakan bahwa Indonesia akan terus menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang kuat. Namun sangat mungkin bahwa peningkatan harga residensial dan harga sewa bisa melambat, terutama jika permintaan China atas komoditas utama Indonesia tidak segera menunjukkan rebound.
Saat ini, berbagai developer akan maju dengan rencana memperbanyak perkantoran dalam waktu 5 tahun ke depan. Jumlah ini hampir dua kali lebih banyak dibanding masa sebelum krisis tahun 1997-1998. Mereka juga mengencangkan pembangunan kondominium, hotel dan pusat perbelanjaan.
Salah satu proyek termewah adalah Ciputra World, yang terletak di daerah Kuningan. Dibangun oleh PT Ciputra Property Tbk, projek tersebut mencakup mal, Raffles Hotel dan W Hotel, kondominium, gedung perkantoran dan bahkan Ciputra Art Museum.
Sementara itu, Grup Lippo sedang mengerjakan projek St. Moritz, dibangun di atas tanah seluas 11,4 hektar, yang di dalamnya termasuk apartemen mewah St. Moritz Penthouse & Residences, chapel pernikahan, sekolah internasional, gedung perkantoran dan spa. Satu tower kelas presidential suite yang dibuka Mei tahun ini menawarkan unit yang dilengkapi taman dan kolam jacuzzi yang menghadap langit.
The Signature Tower rencananya akan memiliki hotel bintang enam dengan 300 kamar, perkantoran tipe Grade A dan fasilitas eksibisi dan konferensi.
Sejumlah analis properti memprediksikan bahwa the Signature Tower – yang seharusnya mulai dibangun akhir tahun ini – kemungkinan akan dibatalkan, sama seperti projek Nakheel Harbour and Tower di Dubai yang batal dibangun tahun 2010 terkait krisis global.
Namun ada juga beberapa investor properti yang percaya bahwa sekarang adalah momen tepat bagi Indonesia untuk maju dengan proyek-proyek yang bisa menarik perhatian internasional, terutama mereka yang berlokasi prima seperti the Singature Tower, yang terletak di kawasan SCBD Sudirman.
“[Pada developer] sudah berusaha membangun gedung tersebut sejak tahun 1990an, dan suplai akan sangat besar,” kata Fakky Ismail Hidayat, Senior Associate Director Knight Frank Indonesia, yang sebelumnya sudah pernah bekerja dengan developer the Signature Tower beberapa tahun lalu. “Namun prospeknya masih bagus.”
Banyak perusahaan asing yang mencoba memperluas operasi mereka di Indonesia, meskipun dunia sedang dilanda ketidakpastian ekonomi. Google Inc. baru-baru ini membuka kantor di Jakarta, sementara Air Asia, milik Tony Fernandes, memindahkan markas regional dari Kuala Lumpur ke Jakarta. Survei terbaru dari Kamar Dagang AS di Indonesia melaporkan 25% dari perusahaan Amerika berencana untuk memperluas operasi mereka di Indonesia, dibanding Singapura yang hanya 4%, mengingat biaya Jakarta yang relatif lebih murah dibanding kota lainnya.
Meskipun masih tergolong rendah dibanding kota-kota Asia lainnya, harga sewa perkantoran tipe Grade A melonjak menjadi Rp 175,000 per meter persegi, dibanding Rp 100,000 pada akhir 2010. Sementara, kondominium kelas menengah – yang dijual seharga 10 sampai 15 juta rupiah per meter persegi – terjual dengan cepat, dengan berbagai developer akan menyumbang lebih dari 6.000 unit baru tahun ini.
Posting Komentar